This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, March 16, 2017

TRADISI UPACARA PERNIKAHAN MASYARAKAT PERANAKAN TIONGHOA

TRADISI  TIONGHOA
Wajah sang perempuan terlihat memerah tersipu malu ketika pria pujaan hati perlahan membuka cadar yang menjuntai menutupi seluruh wajahnya. Senyum manis juga tak henti tersungging dari kedua mempelai yang sedang berbahagia tersebut. Dengan nuansa warna merah yang terlihat dari berbagai penjuru ruangan semakin menyemarakkan kebahagiaan yang terpancar dari para undangan.




Selayaknya pernikahan pada umumnya, masyarakat peranakan Tionghoa juga melaksanakan adat pernikahan yang kental dengan budaya. Budaya pernikahan yang diselenggarakan oleh masyarakat peranakan Tionghoa ini memiliki beberapa kesamaan dengan adat pernikahan suku Betawi, seperti pada pakaian yang dipakai oleh mempelai wanita.

Dalam adat pernikahan, masyarakat peranakan Tionghoa akan melaksanakan tiga upacara yang berlangsung selama 3 hari, yaitu, Hari Potong Ayam, Hari Bumbu Masak, dan Hari Pernikahan. Di hari pertama, mempelai wanita akan memotong ayam dan dibumbui dengan 5 bumbu dasar khas masyarakat peranakan Tionghoa pada hari kedua untuk kemudian diserahkan ke mempelai laki-laki ketika hari pernikahan tiba. Hal ini bermakna bakti seorang istri yang akan setia melayani suami kelak.

Selama tiga hari tersebut, di kening mempelai perempuan terpasang tanda simbolis berbentuk huruf V berwarna pink. Jika tanda tersebut dipasang persis seperti huruf V, maka sang mempelai perempuan merupakan seorang gadis atau masih perawan. Namun jika huruf V dipasang terbalik, maka sang mempelai perempuan sudah pernah menikah sebelumnya. Masyarakat percaya jika sang mempelai perempuan berbohong terkait status keperawanannya, huruf V yang dipasang tersebut akan jatuh.

Sebelum melaksanakan pernikahan, kedua mempelai akan menjalani ritual yang dilakukan bersama keluarga masing-masing. Yang pertama, orang tua dan keluarga inti akan melayani kedua mempelai seperti menyisir rambut, memakaikan baju, dan merias kedua mempelai. Hal ini menandakan rasa cinta orang tua sampai akhir sebelum sang anak memulai kehidupan yang baru. Selepas itu, kini giliran sang anak yang melakukan upacara perjamuan teh kepada orang tua. Hal ini merupakan simbol terima kasih anak kepada kedua orang tua yang sudah merawat dan menyayangi anak dengan penuh cinta kasih. Setelah upacara perjamuan teh tersebut, kedua mempelai akan melaksanakan ritual makan dengan 12 mangkuk hidangan yang berbeda rasa. Hal ini menandakan bahwa pernikahan nanti pasti akan merasakan berbagai macam rasa, seperti manis, asam, asin, pahit, dan lain-lain.

Pada hari ketiga, kedua mempelai akan bertemu di rumah orang tua mempelai perempuan dan melangsungkan upacara pernikahan. Zaman dahulu kedua mempelai akan dianggap sah sebagai pasangan suami istri ketika mempelai laki-laki membuka cadar yang menutupi wajah sang mempelai perempuan.  Ada 2 santapan yang biasanya hadir dalam pesta pernikahan masyarakat peranakan Tionghoa, Sup Pengantin dan Pangsit Pengantin. Sup Pengantin merupakan makanan berupa sup yang diisi dengan soun, oyong, potongan cabai, dan udang. Sedangkan Pangsit Pengantin adalah penganan serupa Sup Pengantin namun ditambahkan pangsit sebagai pelengkap. (Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id)


TRADISI-TRADISI UNIK PERAYAAN IMLEK

TRADISI IMLEK
Pergantian tahun dalam kalender Cina sering kali menjadi momen yanng ditunggu-tunggu oleh sebagain besar orang, khususnya bagi keturunan Tionghoa. Di Indonesia, tahun baru Cina kerap 8disebut dengan “Imlek”, namun di beberapa negara lain perayaan ini lebih dikenal dengan nama “Chinese New Year”, atau “Guo Nian”, atau “Xin Jia” yang berarti lewat bulan atau bulan baru.




Tahun baru Imlek telah ada sejak 4000 tahun yang lalu. Seiring dengan perkembangan zaman, maka terbentuklah beberapa tradisi yang akhirnya menjadi turun-temurun sampai saat ini, dan dianggap menjadi hal wajib yang harus selalu ada setiap perayaan Imlek. Apa saja tradisi unik yang ada di setiap perayaan Imlek? Berikut ulasannya:

Membersihkan rumah
Menyambut pergantian tahun, biasanya masyarakat Tionghoa memiliki tradisi membersihkan rumah sehari sebelum perayaan. Mereka percaya, dengan membersihkan rumah berarti juga menyapu bersih nasib buruk yang telah terakumulasi selama setahun terakhir dan segala keburukan yang menghalangi datangnya keberuntungan. Selain itu, hal tersebut juga menandai bahwa mereka siap untuk menyambut keberuntungan yang baru.

Setelah rumah dibersihkan, biasanya akan dipasang beragam asesoris atau hiasan khas imlek di beberapa sudut ruangan dan meja, yang berfungsi untuk menambah keindahan ruangan dan sebagai simbol kekayaan bagi penghuni rumah tersebut.

Dekorasi rumah dengan nuansa merah

Asesoris atau hiasan khas imlek yang menjadi dekorasi rumah tadi, biasanya akan didominasi dengan warna merah. Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah berarti melambangkan sesuatu yang sejahtera dan kuat, serta membawa keberuntungan. Warna merah juga dipercaya dapat mengusir Nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung, yang akan keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.

Selain menggunakan instrumen berwarna merah, masyarakat Tionghoa juga kerap mengecat pintu dan jendela rumah mereka, dan menempeli kertas yang bertuliskan kalimat atau kata-kata baik.

Mengunjungi rumah keluarga besar

Sama halnya dengan merayakan hari raya Lebaran, perayaan Imlek juga menjadi momen bagi masyarakat Tionghoa untuk mengujungi sanak saudara. Hal tersebut dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan.

Membagi angpao

Bagi-bagi angpao merupakan tradisi di mana masyarakat Tionghoa yang sudah berkeluarga memberikan rezeki kepada anak-anak dan orang tuanya. Dalam kepercayaan Tionghoa, uang di dalam angpao yang akan dibagikan tidak boleh diisi dengan mengandung angka 4, karena angka 4 dianggap membawa sial. Dalam bahasa Cina, angka 4 terdengar seperti kata ‘mati’. Selain itu, jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil karena berhubungan dengan pemakaman. Bagi-bagi angpao dipercaya akan memperlancar rejeki di kemudian hari.

Pakaian baru

Tradisi khas Imlek lainnya adalah membeli pakaian baru, serta menggunting rambut. Pakaian yang biasanya dikenakan pada saat Imlek berwarna merah. Warga Tionghoa percaya, menjaga penampilan dan menggantinya dengan yang baru merupakan lambang optimisme menyambut tahun baru. Dengan harapan, masa depan akan terang dengan kemakmuran dan banyak rezeki.

Hidangan khas

Imlek merupakan salah satu perayaan yang ditunggu-tunggu oleh warga Tionghoa, sebab biasanya dalam perayaan tersebut, akan tersaji 12 macam masakan dan 12 macam kue yang melambangkan 12 shio. Selain melambangkan shio, masing-masing makanan juga memiliki makna tersendiri. Misalnya, mie panjang melambangkan panjang umur, ayam utuh yang melambangkan kemakmuran keluarga, atau kue bola yang berbentuk uang Cina pada jaman dulu untuk melambangkan kekayaan.

Pantang membalikan ikan bandeng saat menyantapnya

Cara masyarakat Tionghoa menikmati ikan saat Imlek sangat unik, yaitu dengan tidak membalik ikan saat menyantapnya. Ikan tersebut juga tidak boleh dihabiskan dan harus disisakan agar bisa dinikmati esok hari. Masyarakat Tionghoa percaya kalau kebiasaan ini merupakan lampang dari surplus untuk tahun yang akan datang.

Tradisi Yu Seng

Tradisi Yu Sheng adalah tradisi makan bersama dalam satu wadah. Dalam piring tersebut ada beberapa makanan dingin seperti irisan ikan salmon, salad, wortel, mie, dan sebagainya. Keluarga atau kerabat yang akan melakukan tradisi ini bersiap untuk mengaduk makanan tersebut secara bersamaan dan mengangkatnya dengan sumpit setinggi-tingginya, sambil mengucapkan “Lao Qi” atau “Lao Hei”.

Yu Sheng sendiri adalah tradisi yang dilakukan untuk menyambut tahun baru Imlekyang berhubungan dengan hidangan khusus di pergantian tahun. Menu wajib ini dihadirkan dan disantap sambil mengucap doa syukur atas rezeki yang telah diberikan.

Kembang api

Kembang api merupakan salah satu pertunjukan untuk memeriahkan Imlek, karena suara bisingnya dipercaya dapat membuat makhluk jahat ketakutan. Selain kembang api, Imlek juga identik dengan hujan. Bagi masyarakat Tionghoa hujan di saat Imlek melambangkan banyaknya rezeki yang datang di muka bumi.

Melunasi hutang

Menjelang Imlek, masyarakat Tionghoa biasanya akan melunasi atau mengurangi jumlah hutangnya. Tradisi ini bertujuan agar pada tahun selanjutnya, orang tersebut tidak terbebani sejumlah hutang piutang. (Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id)


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html